Saturday, May 13, 2017

MANTAN

Hai teman-teman
Akhirnya setelah 5 tahun ga pernah sentuh blog ini, gw balik lagi buat ngacapruk di blog ini. Dan berhubung gw sekarang sudah ga ABG lagi dan ga alay lagi (gw ngakak sendiri baca tulisan lama), gw ganti nama blog ini *ini ga penting.

Kemana aja sih Uthi 5 tahun ini?
Penting ga kalian tau? Kalo penting gw jawab nih... hahahaha
Setelah kuliah umum gw beres, akhirnya gw nyambi kerja di salah satu perusahaan pembiayaan di Bandung. Dan setelah hampir dua tahun gw kerja disana, dapat email sayang dari kampus kalo gw belum menyelesaikan TA gw dan terancam DO. Untungnya gw punya seseorang yang selalu support gw, sampai dibelain nungguin waktu sidang TA berlangsung. Terus proses pengerjaannya pun doi sangat amat membantu. Singkat cerita kuliah gw beres dan gw mulai berfikir untuk serius sama doi, dan semua dimulai dari gw memutuskan mencari pekerjaan yang dekat dengan keluarganya, biar bisa lebih mengenal. Pindah lah gw dari Bandung ke Tangerang. Ke kota yang sama sekali ga pernah kepikiran untuk tinggal disana, nama kotanya pun asing di telinga. Semua berjalan sesuai dengan keinginan gw. Dari mulai kerjaan sampai soal hubungan gw dan doi. Sampai akhirnya satu tahun yang lalu doi memutuskan untuk “hijrah”, mengakhiri semua, bahkan rencana besar kita.

Apa pentingnya sih thi lo bahas soal mantan lo?
Gini ya..
Awalnya gw sependapat dengan kebanyakan orang, kalo kata “mantan” itu menakutkan, nyebelin, ngeselin, dan bla bla bla...
Tapi setelah beberapa bulan gw sendiri(terlepas dari  masalah yang terjadi sebelum dan setelah berakhirnya hubungan), gw jadi ngerasa “harusnya gw berterimakasih sama doi”.
Kenapa harus terimakasih?
Karena orang yang kalian sebut mantan itu sedikit banyak berjasa buat kalian. Karna adanya mantan kita bisa menegerti artinya kehilangan, kesetiaan, kepercayaan, belajar dari kesalahan, memotivasi untuk bisa lebih baik. Karakter dan sifat diri gw, bahkan kalian saat ini terbentuk juga salah satunya karna mantan. 
Jadi, inget! Jangan sensi-sensi amat sama mantan.
Waktu kami memutuskan untuk menyudahi semua, sempat terucap dari doi “kita masih bisa jadi teman kan?”. Gw sudah menyanggupi permintaannya untuk menjadi seorang teman, tapi gw sedih deh, doi keliatan masih kaku, kayak kanebo kering. Padahal gw pure cuma mau berteman kembali, ga ada niatan yang lain, karna kami masing-masing sudah punya jalan sendiri, sudah punya kehidupan sendiri. Ya, semoga nanti kami bisa berteman biasa saja seperti kami dengan teman yang lain.
Kami pun terkadang masih berkomunikasi kok(seperlunya). Bahkan gw pernah telp nyokapnya untuk order dan ngobrolin hal-hal ringan. Masih ketemu juga kalau ada moment-moment tertentu.

“Ketemu mantan thi? Kalo mantan itu pernah nyakitin kita gimana? Apa masih bisa biasa-biasa aja?”
Ga sedikit yang nanya soal itu ke gw. Semua tergantung niatnya. Balik lagi, karna gw sudah punya kehidupan sendiri, dan doi pun sudah punya cerita kehidupannya sendiri, jadi ya gw biasa aja. Toh pertemuan gw sama doi itu ga cuma berdua, pasti banyakan, dan niat gw itu buat ketemu temen-temen gw, bukan ketemu doinya. Jadi, semua tergantung niat masing-masing. Dibawa have fun aja. Menyudahi suatu hubungan itu bukan berarti lo mengakhiri  tali silaturahmi dengan doi dan keluarganya, apalagi kalau keluarganya baik sama lo.

“Lo enak thi ngomong begitu, berteman lah, komunikasi lah. Karna lo g ngalamin hal yang ga enak ketika pisah. Iya kan?”
Kata siapa woy...
Gw mengalami hal yang tidak mengenakan juga kok, tapi apa iya gw harus umbar disini juga? Enggak dong. Kalian yang temen deket gw dan kenal kami berdua, pasti tau alasannya.

Oh iya...
Ini pendapat gw ya, kalau kalian sedang menghadapi masalah dan orang lain tau kalo kalian lagi ada masalah dan kepingin tau “lo ada masalah apa sih?”, selama lo bisa jawab dengan santai dan tidak keberatan ya monggo dijawab. Tapi, kalau kalian merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan itu ya tidak perlu dijawab. Toh kalian tidak berkewajiban menjelaskan ke orang lain soal masalah kalian (kecuali menyangkut orang yang bertanya). Dan orang lain pun tidak berhak tau soal masalah kalian.

“Enteng banget thi jawabnya, kayak ga ada apa-apa gitu”
Semua berproses kawan. Empat tahun lebih sama-sama dan tetiba lo harus merelakan untuk menyudahi, itu ga gampang. Tapi, semua itu memang harus dijalani, itu skenario yang sudah Tuhan tuliskan, dan gw sebagai aktris di dunia ini harus menjalankan.
Gw pernah baca “Jika Allah mengambil sesuatu darimu, yang tidak kau sangka, maka kelak Allah akan memberimu sesuatu yang tidak kau sangka akan memilikinya” –Syeikh Mutawalli Asy-Sya’rawi--. Jadi, kalau kalian belum bisa merelakan untuk kehilangan sesuatu, ingat saja kata-kata diatas. Memang semua ga semudah ikan berenang, semua butuh proses.

Oke, gw akhiri dulu ya ngacapruknya soal mantan. Mari sama-sama berdoa untuk kebaikan masing-masing.