Hai teman-teman
Akhirnya setelah 5 tahun ga pernah sentuh blog ini, gw balik
lagi buat ngacapruk di blog ini. Dan berhubung gw sekarang sudah ga
ABG lagi dan ga alay lagi (gw ngakak sendiri baca tulisan lama), gw ganti nama blog ini *ini ga penting.
Kemana aja sih Uthi 5 tahun ini?
Penting ga kalian tau? Kalo penting gw jawab nih... hahahaha
Setelah kuliah umum gw beres, akhirnya gw nyambi kerja di
salah satu perusahaan pembiayaan di Bandung. Dan setelah hampir dua tahun gw
kerja disana, dapat email sayang dari kampus kalo gw belum menyelesaikan TA gw dan
terancam DO. Untungnya gw punya seseorang yang selalu support gw, sampai
dibelain nungguin waktu sidang TA berlangsung. Terus proses pengerjaannya pun
doi sangat amat membantu. Singkat cerita kuliah gw beres dan gw mulai berfikir
untuk serius sama doi, dan semua dimulai dari gw memutuskan mencari pekerjaan
yang dekat dengan keluarganya, biar bisa lebih mengenal. Pindah lah gw dari
Bandung ke Tangerang. Ke kota yang sama sekali ga pernah kepikiran untuk
tinggal disana, nama kotanya pun asing di telinga. Semua berjalan sesuai dengan
keinginan gw. Dari mulai kerjaan sampai soal hubungan gw dan doi. Sampai
akhirnya satu tahun yang lalu doi memutuskan untuk “hijrah”, mengakhiri semua,
bahkan rencana besar kita.
Apa pentingnya sih thi lo bahas soal mantan lo?
Gini ya..
Awalnya gw sependapat dengan kebanyakan orang, kalo kata
“mantan” itu menakutkan, nyebelin, ngeselin, dan bla bla bla...
Tapi setelah beberapa bulan gw sendiri(terlepas dari masalah yang terjadi sebelum dan setelah
berakhirnya hubungan), gw jadi ngerasa “harusnya gw berterimakasih sama doi”.
Kenapa harus terimakasih?
Karena orang yang kalian sebut mantan itu sedikit banyak
berjasa buat kalian. Karna adanya mantan kita bisa menegerti artinya
kehilangan, kesetiaan, kepercayaan, belajar dari kesalahan, memotivasi untuk
bisa lebih baik. Karakter dan sifat diri gw, bahkan kalian saat ini terbentuk
juga salah satunya karna mantan.
Jadi, inget! Jangan sensi-sensi amat sama
mantan.
Waktu kami memutuskan untuk menyudahi semua, sempat terucap
dari doi “kita masih bisa jadi teman kan?”. Gw sudah menyanggupi permintaannya
untuk menjadi seorang teman, tapi gw sedih deh, doi keliatan masih kaku, kayak
kanebo kering. Padahal gw pure cuma mau berteman kembali, ga ada niatan yang
lain, karna kami masing-masing sudah punya jalan sendiri, sudah punya kehidupan
sendiri. Ya, semoga nanti kami bisa berteman biasa saja seperti kami dengan
teman yang lain.
Kami pun terkadang masih berkomunikasi kok(seperlunya). Bahkan gw pernah
telp nyokapnya untuk order dan ngobrolin hal-hal ringan. Masih ketemu juga
kalau ada moment-moment tertentu.
“Ketemu mantan thi? Kalo mantan itu pernah nyakitin kita
gimana? Apa masih bisa biasa-biasa aja?”
Ga sedikit yang nanya soal itu ke gw. Semua tergantung
niatnya. Balik lagi, karna gw sudah punya kehidupan sendiri, dan doi pun sudah
punya cerita kehidupannya sendiri, jadi ya gw biasa aja. Toh pertemuan gw sama
doi itu ga cuma berdua, pasti banyakan, dan niat gw itu buat ketemu temen-temen
gw, bukan ketemu doinya. Jadi, semua tergantung niat masing-masing. Dibawa have
fun aja. Menyudahi suatu hubungan itu bukan berarti lo mengakhiri tali silaturahmi dengan doi dan keluarganya,
apalagi kalau keluarganya baik sama lo.
“Lo enak thi ngomong begitu, berteman lah, komunikasi lah.
Karna lo g ngalamin hal yang ga enak ketika pisah. Iya kan?”
Kata siapa woy...
Gw mengalami hal yang tidak mengenakan juga kok, tapi apa
iya gw harus umbar disini juga? Enggak dong. Kalian yang temen deket gw dan kenal
kami berdua, pasti tau alasannya.
Oh iya...
Ini pendapat gw ya, kalau kalian sedang menghadapi masalah
dan orang lain tau kalo kalian lagi ada masalah dan kepingin tau “lo ada
masalah apa sih?”, selama lo bisa jawab dengan santai dan tidak keberatan ya
monggo dijawab. Tapi, kalau kalian merasa tidak nyaman dengan
pertanyaan-pertanyaan itu ya tidak perlu dijawab. Toh kalian tidak berkewajiban
menjelaskan ke orang lain soal masalah kalian (kecuali menyangkut orang yang
bertanya). Dan orang lain pun tidak berhak tau soal masalah kalian.
“Enteng banget thi jawabnya, kayak ga ada apa-apa gitu”
Semua berproses kawan. Empat tahun lebih sama-sama dan
tetiba lo harus merelakan untuk menyudahi, itu ga gampang. Tapi, semua itu
memang harus dijalani, itu skenario yang sudah Tuhan tuliskan, dan gw sebagai
aktris di dunia ini harus menjalankan.
Gw pernah baca “Jika Allah mengambil sesuatu darimu, yang
tidak kau sangka, maka kelak Allah akan memberimu sesuatu yang tidak kau sangka
akan memilikinya” –Syeikh Mutawalli Asy-Sya’rawi--. Jadi, kalau kalian belum
bisa merelakan untuk kehilangan sesuatu, ingat saja kata-kata diatas. Memang semua
ga semudah ikan berenang, semua butuh proses.
Oke, gw akhiri dulu ya ngacapruknya soal mantan. Mari sama-sama
berdoa untuk kebaikan masing-masing.